Dewi Prasetyawati. Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

"SUAKA MARGASATWA MUARA ANGKE"



Pada tanggal 7 April 2012, kami keluarga TEXAS melaksanakan kunjungan ke daerah perlindungan satwa liar yaitu “SUAKA MARGA SATWA MUARA ANGKE”. Suaka margasatwa muara angke merupakan kawasan suaka alam yang mempunyai ciri khas berupa keanekaragaman dan keunikan jenis satwa di mana habitat dan kelangsungan hidupnya perlu dibina dan dijaga oleh kita. Suatu kawasan konservasi yang ditujukan sebagai daerah perlindungan satwa liar dan keanekaragaman hayati yang ada didalamnya. Tempat ini juga dikembangkan untuk tujuan penelitian, pendidikan, dan wisata. Saat saya dan teman-teman berkunjung juga ada pengunjung yang sedang melakukan foto prewedding. Beberapa alasan yang saya tanyakan kepada pengunjung yang sedang berada disana, mereka menjawab untuk melakukan observasi, ada yang hanya ingin belajar saja seperti yang dilakukan oleh anak-anak SMA yang saya temui disana.
Muara angke termasuk dalam wilayah Kelurahan Kapuk Muara Kecamatan Penjaringan Kota Administrasi Jakarta Utara. Kawasan ini berbatasan langsung dengan Laut Jawa disebelah utara, sungai Muara Angke dan perkampungan nelayan Muara Angke berada disebelah timur, PT. Mandara Permai, Pantai Indah Kapuk berada disebelah selatan, dan Hutan Angke Kapuk berada disebelah Barat.
Untuk berkunjung kesini kita mesti mendapatkan izin terlebih dahulu dari Departemen Kehutanan – Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam – Balai Konservasi Sumber Daya Alam DKI Jakarta – Jl.Salemba Raya No.9 Jakarta Pusat, Telp. : 021-3908771 / 3158142 . Semoga Taman Suaka Margasatwa Muara Angke ini tetap bertahan, bahkan bertambah luas areanya, walaupun keberadaan Muara Angke akan membuat iri para pengembang perumahan yang ada sekitar Muara Angke.

Status hukumnya ditetapkan berdasarkan SK Menteri Kehutanan No.667/Kpts-II/1995 sebagai cagar alam dengan luas 25,02 Ha. Perubahan fungsi hutan dari Cagar Alam Muara Angke menjadi Suaka Marga Satwa seluas 25,02 Ha pada tangga;l 26 November 1998 dengan Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No.755/Kpts-II/1998.
Untuk sampai ke kawasan ini paling mudah lewat tol dalam kota Jakarta, keluar tol di Pluit. Ikuti jalan melintasi Mega Mal Pluit, lurus hingga masuk Jl. Muara Karang, ditandai dengan Pizza Hut dan apartemen, belok kiri masuk Pantai Indah Kapuk, setelah menyebrang jembatan sekitar 50 m dari gerbang, sebelah kanan adalah Suaka Marga Satwa Muara Angke. Mobil/motor bisa parir di komplek ruko Mediterania Niaga, berseberangan dengan Muara Angke. Mudah kan… J
Setelah sampai sana kami masuk kedalam kawasan ini dan langsung mendapatkan sambutan hangat dari lingkunagn sana, seperti kicauan burung yang masih asri, suasana yang damai dan masih segar, dan moyet-monyet yang bergelantungan di pohon terlihat dari kejauhan. Saya sangat merasa nyaman saat sudah sampai disana, tempatnya sangat cocok untuk belajar karena suasana yang tenang itu membuat saya ingin bermain-main bersama satwa yang tinggal di kawasan ini.
Meskipun sedikit licin karena kondisi lingkungan yang baru saja hujan saya berjalan dengan hati-hati sambil memperhatikan keadaan sekeliling saya di jalan setapak yang saya lewati. Saya berjalan lebih dulu dibanding teman-teman yang lain. Saya penasaran sekali bisa mencapai ujung jalan setapak ini, maka dari itu saya tidak sabar dan berjalan lebih dahulu dibanding yang lain. Teman-teman yang lain sedang asik berfoto-foto di awal perjalanan dan mereka menunggu Bapak Resijati Warsito selaku Polisi Hutan Kawasan tersebut sekaligus menjadi pemandu kami saat perjalanan, karena belum datang, mungkin kami yang terlalu pagi datang kesana, tapi tak apa karena suasana segarlah yang kami cari.
Pada awalnya saya belum seberapa menemukan hal-hal yang menarik, hanya papan-papan tulisan keterangan satwa disana dan papan petunjuk yang saya lihat. Tak lama kemudian saya menemukan seperti danau yang sangat luas yaitu muara yang menhempas luas di kanan dan kiri saya. Jalan setapak dengan panjang 800m yang sudah mulai rapuh dan bebarapa kali saya temukan jalan yang sudah patah. Terkadang juga jalan tersebut saya rasakan miring ke kanan dan ke kiri yang lumayan extrim dan menantang, apalagi kalau sudah hamper ke ujung makin menantang lagi. Tapi semua itu terbayar saat aku, lutfi dan grace bertemu dengan monyet-monyet yang menghampiri kami. Segerombolan monyet itu benar-benar masih liar dan masih kurang terdidik, tidak seperti di kebun binatang yang kita biasa temui, yang masih jinak, maka dari itu saya sangat berhati-hati saat monyet-monyet itu menhampiri kami. Awalnya si mereka seperti menghalangi perjalanan kami, tapi setelah mereka tahu kami membawa makanan, dan saya member roti yang saya bawa, mereka menjadi sangat bersahabat, bahkan kami seperti dikawal oleh segerombol monyet itu sampai pada ujung jalan setapak yang kami lewati. Saya merasa sangat beruntung karena bisa berkumpul bebas bersama satwa di kawasan ini.
Setelah puas berfoto-foto di ujung jalan, saya bersama lutfi dan grace ingin kembali tiba-tiba lutfi menemukan ular yang lumayan besar, yaitu salah satu satwa yang tinggal di kawasan ini. Wow, bukannya takut tapi kami malah senang karena hanya kami bertiga yang bisa menemukan ular itu.
Saat kami hendak kembali dan menghampiri teman-teman yang lain, tak lama kami melihat teman-teman TEXAS, meraka berjalan bersama dengan pemandu. Lalu kami buru-buru menghampiri mereka karena banyak sekali pertanyaan yang saya ingin tanyakan kepada Pak Jati selaku pemandu kami.
Kami pun berjalan bersama sekaligus saya ajukan beberapa pertanyaan seperti apa saja si species yang ada disini? trus apa si hambatan-hambatan dalam pengelolaan kawasan ini?  mengapa fasilitas jalan mulai rusak? Apa tidak ada perbaikan dari pemerintah? Sebetulnya berapa lama jangka waktu perbaikan fasilitas di kawasan tersebut? Dan yang terakhir kenapa disini banyak sampah, padahal sepanjang jalan setapak banyak sekali kotak sampah yang sudah disiapkan?
Beliau pun menjawab pertanyaan saya satu per satu dengan perlahan dan sambil menjelaskan kepada yang lain.
Banyak sekali jenis fauna yang tinggal di kawasan ini seperti jenis fauna (mamalia) meliputi monyet ekor panjang (Macaca Fascilularis), berang-berang (Aonix Cinerea) dan tikus. Sedangkan jenis reptilian yaitu biawak, ular sanca, ular welang, ular cobra, ular kadut, ular cincin, ular daun. Monyet ekor panjang cukup banyak, meskipun bukan monyet asli mangrove sini, monyet-monyet berasal dari peliharaan penduduk sekitar yang lepas lalu beranak pinak di kawasan ini. Hati-hati bila membawa makanan yang tidak dibungkus rapat, karena monyet-monyet ini tidak segan mencopet makanan dari tas. Mereka hidup berkelompok hngga belasan ekor yang terdiri dari beberapa jantan dan betina. Saya juga beberapa kali menemukan monyet yang masih bayi. Monyet-monyet memakan dedaunan muda dan buah-buahan hutan bakau seperti buah pidada yang sangat banyak tumbuh di kawasan ini.
Satwa yang menjadi dominan di kawasan ini adalah burung. Keanekaragaman burung cukup besar, terdapat 81 jenis (17 jenis dilindungi, 10 jenis migran, 50 jenis burung menetap, 4 jenis burung introduksi). Jenis burung yang sering ditemui diantaranya Caladi Ulam (Picoides macei), burung madu (Nectarinia jugularis),  cerukcuk (Pycnonotos goiavier), Kuntul (Egretta spp) dan lain-lain.
Tumbuhan yang ada disini, pohon Pidada (Sonneratia caseolaris), pohon Beringin (Ficus Microcarpa), nipah (Nypa fructicans), Pohon Api-api (Avicennia Marina), bakau-bakau (Rhizophora mucronata). Pohon Ketapang (Terminalia Cattapa), Pohon Cemara (Casuarina equisetifolia), waru (Hibiscus tiliaceus) dan Buta-buta (Excoecaria Agallocha).
Hambatan-hambatan dalam pengelolaan yaitu sampah yang sulit di bersihkan karena setiap banjir pasto sampah dari hulu sungai larinya ke kawasan ini, benar juga si karena saya pun menemukan ada kasur bisa sampai kesini, mungkin benar tadi itu ya karena banjir, dan juga pengunjung yang terkadang susah untuk diberitahu bahwa ini kawasan yang tidak sembarang orang bisa masuk tanpa ijin, dan terbatasnya sumber daya manusia untuk mengelola kawasan ini.
Seharusnya kawasan ini mendapatkan perbaikan setahun sekali, tetapi karena satu dan lain hal program itu belum terlaksanakan sepenuhnya. Sehingga mengakibatkan jembatan 800m ini banyak yang sudah mulai rusak. Dan sebentar lagi akan dilaksanakan perbaikan. Itulah jawaban yang saya peroleh dari pemandu kami.
Suaka Margasatwa Muara Angke sebagai kawasan perlindungan keanekaragaman hayati dan ekosistemnya, mempunyai manfaat:
1.      Habitat berbagai satwa
2.      Pelestarian alam
3.      Konservasi lingkungan
4.      Menciptakan iklim mikro yang nyaman
5.      Pendidikan, penelitian dan pengembangan
6.      Rekreasi dan wisata.


himbauan untuk membuang sampah pada tempat yang suudah disediakan


baground pohon beringin yang ada di kawasan


papan informasi satwa


jembatan sepanjang 800 m 


papan informasi satwa


papan informasi pencemaran sungai


papan informasi tanaman


papan informasi satwa














pegangan jembatan yang mulai rapuh


jembatan yang mulai miring






bermain bersama satwa liar




ujung jembatan






ular yang kami temui


foto bersama penjaga






Sekian informasi yang bisa saya sampaikan, semoga kita semua bisa tetap menjaga lingkungan disekitar kita untuk mencapai kehidupan dunia yang lebih baik lagi. ^^

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS