Dewi Prasetyawati. Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Way Lalaan in Lampung Province

Lampung adalah sebuah provinsi yang lahir pada 18 Maret 1964 terletak paling selatan di Pulau Sumatera, Indonesia. Di sebelah utara berbatasan dengan Bengkulu dan Sumatera Selatan.
Sedangkan di Teluk Semangka adalah Kota Agung (Kabupaten Tanggamus), dan di Laut Jawa terdapat pula pelabuhan nelayan seperti Labuhan Maringgai dan Ketapang. Di samping itu, Kota Menggala juga dapat dikunjungi kapal-kapal nelayan dengan menyusuri sungai Way Tulang Bawang, adapun di Samudra Indonesia terdapat Pelabuhan Krui.
Kabupaten Tanggamus adalah salah satu kabupaten di Provinsi Indonesia, Indonesia. Ibu kotakabupaten ini terletak di Kota Agung Pusat. Kabupaten Tanggamus diresmikan berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1997, tanggal 21 Maret 1997. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 3.356,61 km² dan berpenduduk sebanyak 800.080 jiwa (2000) dengan kepadatan penduduk 243 jiwa/km².
Nama Kabupaten Tanggamus diambil dari nama Gunung Tanggamus yang berdiri tegak tepat di jantung Kabupaten Tanggamus. Daerah Tanggamus memiliki banyak potensi wisata yang belum seberapa terekspos oleh public. Namun disini saya ingin mengangkat informasi tentang salah satu tempat ekowisata yang berhubungan dengan alam kita yang berada di Tanggamus.
Beragam potensi wisata dimiliki Kabupaten Tanggamus. Salah satunya wisata air terjun Way Lalaan di Pekon Kampungbaru, Kecamatan Kotaagung Timur. Objek wisata ini memiliki dua air terjun. Salah satunya telah didukung sarana yang cukup memadai. Seperti fasilitas kamar ganti pakaian, MCK, mushola, taman rekreasi, serta parkir kendaraan bermotor.
    Lokasi air terjun yang kedua juga tidak kalah menarik. Hanya, di lokasi air terjun yang memiliki tinggi sekitar 25 meter tersebut belum memiliki fasilitas pendukung. Air terjun inilah yang saya impikan bisa saya ekspos ke public. Lokasi wisata air terjun Way Lalaan ini juga cukup strategis. Jaraknya sekitar 1 kilometer dari perkantoran Pemkab Tanggamus. Sebelah barat lokasi ini berbatasan dengan perkampungan penduduk. Kemudian hutan belukar di sebelah utara yang banyak ditumbuhi pepohonan besar. Tidak hanya disuguhi pemandangan menarik. Pengunjung juga dapat melakukan uji fisik. Karena jalur menuju air terjun merupakan tangga yang berkelok dan menurun.

“Air Terjun Way Lalaan”
Air Terjun Way Lalaan terletak di kaki Gunung Tanggamus dan merupakan air terjun bertingkat dengan jarak satu sama lainnya lebih kurang 200 m.  Air terjun ini  berasal dari aliran Way ((yang artinya sungai dalam bahasa Lampung) Lalaan yang bermuara ke Teluk Semangka.  Masuk ± 100 m dari sisi kiri jalan objek wisata-tirta Air Terjun Way Lalaan layak dikunjungi. Tumpahan air terjun dari ketinggian ± 11 m menciptakan bunyi gemuruh yang sayup-sayup mulai terdengar sejak anak tangga teratas jalan masuk menurun kebawah sepanjang 75m.
Dipinggiran kolam yang terbentuk dari jatuhan air ini aman untuk mandi dan berendam.


Air terjun ini telah di kenal sejak Tahun 1937 yaitu pada zaman pemerintahan kolonial Belanda yang telah membuat tangga semen menuju lembah air terjun.
Peta dan Koordinat GPS: 5° 29' 6.86" S  104° 41' 24.90" E  
Aksesbilitas
Berjarak hanya 8 Km dari Kotaagung, ibukota Pemerintahan Kabupaten Tanggamus atau 80 Km (1,5 jam) dari Kota Bandar Lampung. Untuk mencapai air terjun ini dapat ditempuh sekitar 15 menit dengan berkendaraan pada kecepatan sedang dari Batu Keramat ke Pekon Way Lalaan. Selanjutnya masuk ± 300 m dari sisi kiri jalan raya lintas Barat Sumatera (Jalinbarsum) Bandar Lampung ke Kota Agung hingga pintu gerbang.  Dari pintu gerbang dilanjutkan dengan berjalan menuruni anak tangga menurun sepanjang 75m.

Berjarak hanya 8 Km dari Kotaagung, ibukota Pemerintahan Kabupaten Tanggamus atau 80 Km (1,5 jam) dari Kota Bandar Lampung. Untuk mencapai air terjun ini dapat ditempuh sekitar 15 menit dengan berkendaraan pada kecepatan sedang dari Batu Keramat ke Pekon Way Lalaan. Selanjutnya masuk ± 300 m dari sisi kiri jalan raya lintas Barat Sumatera (Jalinbarsum) Bandar Lampung ke Kota Agung hingga pintu gerbang.  Dari pintu gerbang dilanjutkan dengan berjalan menuruni anak tangga menurun sepanjang 75m.
Fasilitas dan Akomodasi

pemandangan kanan kiri selama perjalanan





Pemandangan G.Tanggamus dari kejauhan saat saya menuju kesana
perjananan menuju way lalaan

anak tangga way lalaan
baru akan turun anak tangga terdapat mushola dan tempat ganti pakaian
pondokan yg terdapat di way lalaan
terdapat anak tangga 75 m dan tempat beristirahat setelah sampai bawah

Lokasi
Letaknya di Desa Pekon Kampungbaru, Kecamatan Kotaagung Timur, Kabupaten Tanggamus, Propinsi Lampung.



Fasilitas yang ada disini yaitu shelter, mushola, kamar ganti pakaian dan pelataran parkir yang cukup luas. 
 Lokasinya juga dekat dengan tempat istirahat. Seperti dengan Gisting yang berjarak 10-12 kilometer dari air terjun. Di Gisting ada hotel serta wisma untuk wisatawan bermalam.


















  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Different of Transportation in Indonesia


The difference of transportation in Indonesia and Malaysia

1.       Bus in Indonesia
--> Metro mini

When passengers get on this bus, they do not need pay the bus driver. Once seated, a bus conductor circulates and takes the fare. Fare amounts are set, but rarely posted. Foreigners can be asked to pay more than the set fare, especially if it is a long bus ride.

--> TransJakarta

 TransJakarta is a Bus Rapid Transit (BRT) system in Jakarta. It was the first BRT system in Southern and Southeast Asia which started on January 25, 2004. The cost of a TransJakarta ticket since initial up to December 2011 is still Rp. 3,500 per trip, or Rp 2,000. Service starts from 05.00a.m. up until 07.00a.m.


2.       Bus in Malaysia
--> RapidKL

 RapidKL bus is the largest bus operator in the Klang Valley, Malaysia. As of 2008, it operates 167 routes with 650 buses covering 980 residential areas.
There are four types of bus services:
  1. Express route services àoperate from point-to-point without or with very few stops in between.
  2. City shuttles à operate within Kuala Lumpur’s central business district, linking five city bus hubs.
  3. Trunk route buses à run from these hubs to suburban or regional hubs and stop at all regulated bus stops along the way.
  4. Local shuttles à operate from suburban or regional hubs into residential areas.
These buses have schedules and are always on time:
       City Shuttle:10 to 20 minutes
       Trunk Line: 15 to 30 minutes
       Local Shuttle: 15 to 30 minutes
       Express: 30 to 60 minutes

-->  Metrobus Nationwide

These types of bus are privately owned public transportation company in the Klang Valley that was formed in 1992. It is the second largest stage bus (regular or trunk bus route) and feeder bus operator in Kuala Lumpur after Rapid KL. The price ranges from RM1.00 – RM3.00

--> KL HOP-ON HOP-OFF
 
 This type of bus offers a pre-recorded commentary in nine different languages that will guide the tourist through the major sights and attractions in the city with the use of headsets. The base concept of this service is to offer tourists a more convenient way to discover Kuala Lumpur where tourists can either stay on for the full tour circuit, or hop-on or hop-off at any of the attractions.

3.       Women-Only Carriages
-->  In Indonesia:
 
Indonesia’s women-only train, fitted-out with pink seats, are initially available only on the Jakarta to Bogor line.

Ø  In Malaysia: 
 
 
                 
Malaysia has launched a fleet of women-only taxis, an initiative that follows pink-coloured train coaches and buses aimed at shielding women from harassment.

4.       Other Transportation in Indonesia.
Ø  Bajaj

                    
This type of transportation is an orange, three-wheeled vehicle found in Jakarta with a negotiated the fare. The ride is quite noisy and bumpy.

Ø  Becak.
                   
It is a bicycle with a passenger seat in front of the driver .

Ø  Anggot
                    

It is a van with set routes and ‘Live music’ is played every 10 minutes as the van moves.

Ø  Bemo
 

It is a blue, three-wheeled vehicle found in Jakarta. It is small like a Bajaj, with a cab in the front separating it from the seating in the back.


Ø  Delman (a horse-drawn carriage)
                

Ø  Ojek (a motorbike with a driver )
                 


5.       Other transportation in Malaysia.
Ø  KL Monorail
Monorail is a transportation system based on a single beam.
 
Ø   Light Rail Transit (LRT)
                     
 It has a lower capacity and lower speed than heavy rail and metro systems. It is fast and inexpensive and the fares range from 70 cents to RM2.80, stored-value tickets are also available.

Ø  KTM Commuter

                 

It is a commuter train service in Malaysia operated by Keretapi Tanah Melayu (KTMB. It is an electrified commuter train service first introduced in 1995, catering especially to commuters in Kuala Lumpur and the surrounding suburban areas. KTMB provides 248 commuter services daily, serving 45 stations along 175 route-kilometres.


v  Comparing Metro-mini bus (Indonesia) and Metro Bus (Malaysia):
- Metro Mini Bus allows passengers to stop any point of the road. Where-as, the Metro Bus has to stop at each bus stop.
 - Metro Mini Bus has regular visit to sell food, snacks and small beverages.
 - Bringing food and beverages into Metro Bus is prohibited.
- Passengers will never feel hungry nor thirsty inside a Metro Mini Bus!

v  Conclusion:
After comparing both transportations in Malaysia and Indonesia, the facilities in Indonesia seems to be lower quality than the public facilities in Malaysia but Indonesia has Bajaj, Becak, Anggot, Bemo, Delman and Ojek as a unique public transportation which will attract curious tourists into visiting Indonesia to give these transportation a try.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Study Kasus Ecotourism



  1. Bagaimanakah cara mengembangkan daerah wisata saat ini dengan keadaan indonesia yang sekarang ini selalu mengalami bencana alam seperti banjir dan longsor di beberapa daerah?
  2. Apa tujuan dari perluasan daerah tujuan wisata? 
  3. Taman Nasional Gunung Salak adalah salah satu suaka di Indonesia, sama seperti Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango Cibodas Jawa Barat, tetapi kebanyakan orang lebih memilih Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango Cibodas. 
  4. Apakah Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango Cibodas mempunyai kelebihan dariTaman Nasional Gunung Salak
  5. Bagaimana cara mengembangkan daerah Taman Nasional Gunung Salak pada saat kondisi seperti ini yg dimana sering terjadi bencana alam 
  6. Bagaimana peran masyarakat dan pemda setempat dalam mengembangkan daerah Taman Nasional Gunung Salak untuk kedepannya?
1.      Kita sebagai warga Negara Indonesia dapat mengembangkan daerah wisata di daerah kita, meskipun daerah kita sangat rentan terjadi bencana, tetapi kita masih bisa membangun wisata dengan baik yaitu dengan cara, kita harus tetap menjaga kelestarian alam di sekitar kita, guna terciptanya daerah yang asri dan nyaman, lalu bangun hutan di semua daerah di seluruh Indonesia agar tidak terjadi banjir lagi, setidaknya kita bisa membantu menanam pohon di sekitar daerah yang rawan akan banjir dan bencana. Kita harus yakin bahwa Alam ini adalah Anugerah dari Tuhan YME, maka dari itu Alam dapat membantu kita jika saja kita bisa menjaganya dengan baik. Jika alam kita sudah terjaga dengan baik, secara otomatis pembangunan Negara dan Kepariwisataan di semua sector pariwisata di Indonesia akan terbangun dengan baik dan melesat jauh tinggi dibanding dengan Negara-negara lain. Menyadarkan masyarakat akan sadar lingkungan juga tidak kalah penting, karena itulah sesungguhnya inti dari sebab rusaknya alam adalah karena ulah manusia Indonesia sendiri yang kurang sadar akan kebersihan lingkungan dan kelestarian alam sendiri. Itulah yang harus kita rubah, baik dari diri sendiri lalu pengaruhi orang-orang disekitar kita agar kita bisa sama-sama menjaga alam dengan sungguh-sungguh.
Dalam rangka pembangunan kepariwisataan juga akan ditempuh langkah-langkah terpadu yang terarah pada pengembangan obyek-obyek wisata dan kegiatan promosi serta pemasarannya,      baik di dalam maupun di luar negeri. Di samping itu kegiatan pendidikan dan latihan kepariwisataan, penyediaan sarana dan prasarana, peningkatan mutu dan kelancaran pelayanan pariwisata akan ditingkatkan. Untuk mendukung hal tersebut kesada­ran dan partisipasi masyarakat dalam kegiatan kepariwisataan akan ditingkatkan melalui usaha-usaha penyuluhan dan pembi­naan kelompok-kelompok seni budaya, industri kerajinan dan usaha-usaha lain. Dalam rangka peningkatan usaha kepariwisa­taan akan dicegah hal-hal yang dapat merugikan kehidupan ma­syarakat dan bangsa.

Pembangunan pariwisata yang kita punya bisa kita lakukan dengan cara pelatihan SDM di Indonesia, jadikan mereka manusia yang unggul dalam pariwisata. Karena yang saya tahu dari semua daerah di Dunia, mereka punya daerah wisata yang sebenarnya di Indonesia juga punya,tinggal kita saja yang kurang memanfaatkan apa yang sudah kita punya selama ini.

2.      Tujuan perluasan daerah tujuan wisata adalah :
1.      Untuk meningkatkan pembangunan di daerah wisata tersebut dan mengurangi kemungkinan terjadinya bencana
2.      Untuk memperluas ilmu pengetahuan tentang pariwisata yang sedang berkembang di zaman sekarang ini
3.      Untuk meningkatkan pendapatan devisa Negara
4.      Untuk menambah lapangan pekerjaan bagi warga sekitar tempat wisata
5.      Untuk meningkatkan kualitas dan fasilitas daerah tujuan wisata,
dan masih banyak lagi tujuan yang menjadi alas an perluasan daerah tujuan wisata di negara Indonesia ini
3.      Pada dasarnya Taman Nasional Gunung salak dan Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango Cibodas Jawa Barat sama-sama memiliki kelebihannya masing-masing. Taman Nasional Gunung Salak yang masih sangat asri dan belum seberapa banyak fasilitas yang diberikan oleh pemda setempat. Mengakibatkan pengunjung lebih memilih Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango Cibodas Jawa Barat yang menurut mereka lebih lengkap sarana dan prasarana yang diberikan. Memang si kalau dilihat dari segi fasilitas dan sarana yang ada di Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango Cibodas Jawa Barat lebih bagus dibandingkan Taman Nasional Gunung Salak. Tapi ini mungkin disebabkan oleh jarak dari tempat wisata dengan daerah Ibukota yang dekat. Otomatis karena warga Jakarta yang sangat butuh lingkungan alam yang asri, mereka lebih memilih Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango Cibodas Jawa Barat, karena lokasinya yang lebih dekat, maka semakin banyaknya pengunjung maka disitulah fasilitas dan prasarana disana lebih baik.
4.       
  


 Keberhasilan pengelolaan taman nasional tidak bisa hanya dilihat dari kemampuan melindungi hutan dan kekayaan yang ada di dalamnya. Lebih dari itu, taman nasional pun harus mampu memberikan manfaat bagi masyarakat di sekitarnya. Begitulah pula seharusnya yang berlaku untuk Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango (TNGGP).
Tentu suatu ironi jika TNGGP mampu memenuhi kebutuhan air bagi masyarakat yang tinggal nun jauh dari hutan, sementara masyarakat di sekitarnya tak menikmati keuntungannya. Oleh karena itu, melalui konsep jasa lingkungan, masyarakat di sekitar TNGGP diharapkan bisa menikmati manfaat hutan tanpa harus menjarah hasil hutannya. Salah satunya, melalui teknologi mikrohidro.
Dapat disimpulkan bahwa masyarakat sekitar daerah tempat wisata TNGGP sangat pintar dalam mengelola apa yang mereka miliki di daerah tempat mereka tinggal, termasuk tempat wisatanya.


 
     Bencana alam bukanlah merupakan alasan kita untuk tidak lagi menjaga lingkungan alam sekitar kita, yang ada kita tersadar akan hal yang sangat mungkin terjadi itu karena ulah kita sendiri. Bencana alam mungkin saja bisa terjadi kapanpun tanpa kita duga sebelumnya, tapi tidak ada salahnya jika kita berusaha terlebih dulu membenarkan alam kita yang sudah mulai rusak karena penebangan pohon liar dan oknum-oknum yang kurang bertanggung jawab. Kita masih bisa berusaha mengembangkan wisata alam yang terdapat di Taman Nasional Gunung Salak, sebab masih bnyak disana kehidupan alam yang mestinya kita dapat selalu jaga dengan baik. Dengan tidak merusak alam saja berarti kita sudah peduli dengan kelestariannya, apalagi dengan kita menambah kehidupan lebih banyak disana, maka kita akan dapatkan hal yang luar biasa dari alam kita ini. :) 

     
      
     Pemda seharusnya dapat membuat kebijakan yang bisa dilaksanakan bersama-sama dengan masyarakat sekitar Taman Nasional Gunung Salak. Pemda dan masyarakat harus bersatu untuk membangun TNGS lebih baik lagi. Kerjasama sangat dibutuhkan antara 1 pihak dengan pihak yang lain. Masyarakat juga harus aktif dalam usaha pengembangan tersebut. Selain itu pemerintah harus juga bertanggung jawab jika terjadi penebangan hutan secara liar karena penjagaan yang kurang ketat. Jadi intinya untuk membangun suatu tempat wisata itu dibutuhkan kerjasama yang kuat untuk bisa menjadi wisata yang unggul demi kebaikan bersama, terutama untuk alam…


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

"SUAKA MARGASATWA MUARA ANGKE"



Pada tanggal 7 April 2012, kami keluarga TEXAS melaksanakan kunjungan ke daerah perlindungan satwa liar yaitu “SUAKA MARGA SATWA MUARA ANGKE”. Suaka margasatwa muara angke merupakan kawasan suaka alam yang mempunyai ciri khas berupa keanekaragaman dan keunikan jenis satwa di mana habitat dan kelangsungan hidupnya perlu dibina dan dijaga oleh kita. Suatu kawasan konservasi yang ditujukan sebagai daerah perlindungan satwa liar dan keanekaragaman hayati yang ada didalamnya. Tempat ini juga dikembangkan untuk tujuan penelitian, pendidikan, dan wisata. Saat saya dan teman-teman berkunjung juga ada pengunjung yang sedang melakukan foto prewedding. Beberapa alasan yang saya tanyakan kepada pengunjung yang sedang berada disana, mereka menjawab untuk melakukan observasi, ada yang hanya ingin belajar saja seperti yang dilakukan oleh anak-anak SMA yang saya temui disana.
Muara angke termasuk dalam wilayah Kelurahan Kapuk Muara Kecamatan Penjaringan Kota Administrasi Jakarta Utara. Kawasan ini berbatasan langsung dengan Laut Jawa disebelah utara, sungai Muara Angke dan perkampungan nelayan Muara Angke berada disebelah timur, PT. Mandara Permai, Pantai Indah Kapuk berada disebelah selatan, dan Hutan Angke Kapuk berada disebelah Barat.
Untuk berkunjung kesini kita mesti mendapatkan izin terlebih dahulu dari Departemen Kehutanan – Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam – Balai Konservasi Sumber Daya Alam DKI Jakarta – Jl.Salemba Raya No.9 Jakarta Pusat, Telp. : 021-3908771 / 3158142 . Semoga Taman Suaka Margasatwa Muara Angke ini tetap bertahan, bahkan bertambah luas areanya, walaupun keberadaan Muara Angke akan membuat iri para pengembang perumahan yang ada sekitar Muara Angke.

Status hukumnya ditetapkan berdasarkan SK Menteri Kehutanan No.667/Kpts-II/1995 sebagai cagar alam dengan luas 25,02 Ha. Perubahan fungsi hutan dari Cagar Alam Muara Angke menjadi Suaka Marga Satwa seluas 25,02 Ha pada tangga;l 26 November 1998 dengan Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No.755/Kpts-II/1998.
Untuk sampai ke kawasan ini paling mudah lewat tol dalam kota Jakarta, keluar tol di Pluit. Ikuti jalan melintasi Mega Mal Pluit, lurus hingga masuk Jl. Muara Karang, ditandai dengan Pizza Hut dan apartemen, belok kiri masuk Pantai Indah Kapuk, setelah menyebrang jembatan sekitar 50 m dari gerbang, sebelah kanan adalah Suaka Marga Satwa Muara Angke. Mobil/motor bisa parir di komplek ruko Mediterania Niaga, berseberangan dengan Muara Angke. Mudah kan… J
Setelah sampai sana kami masuk kedalam kawasan ini dan langsung mendapatkan sambutan hangat dari lingkunagn sana, seperti kicauan burung yang masih asri, suasana yang damai dan masih segar, dan moyet-monyet yang bergelantungan di pohon terlihat dari kejauhan. Saya sangat merasa nyaman saat sudah sampai disana, tempatnya sangat cocok untuk belajar karena suasana yang tenang itu membuat saya ingin bermain-main bersama satwa yang tinggal di kawasan ini.
Meskipun sedikit licin karena kondisi lingkungan yang baru saja hujan saya berjalan dengan hati-hati sambil memperhatikan keadaan sekeliling saya di jalan setapak yang saya lewati. Saya berjalan lebih dulu dibanding teman-teman yang lain. Saya penasaran sekali bisa mencapai ujung jalan setapak ini, maka dari itu saya tidak sabar dan berjalan lebih dahulu dibanding yang lain. Teman-teman yang lain sedang asik berfoto-foto di awal perjalanan dan mereka menunggu Bapak Resijati Warsito selaku Polisi Hutan Kawasan tersebut sekaligus menjadi pemandu kami saat perjalanan, karena belum datang, mungkin kami yang terlalu pagi datang kesana, tapi tak apa karena suasana segarlah yang kami cari.
Pada awalnya saya belum seberapa menemukan hal-hal yang menarik, hanya papan-papan tulisan keterangan satwa disana dan papan petunjuk yang saya lihat. Tak lama kemudian saya menemukan seperti danau yang sangat luas yaitu muara yang menhempas luas di kanan dan kiri saya. Jalan setapak dengan panjang 800m yang sudah mulai rapuh dan bebarapa kali saya temukan jalan yang sudah patah. Terkadang juga jalan tersebut saya rasakan miring ke kanan dan ke kiri yang lumayan extrim dan menantang, apalagi kalau sudah hamper ke ujung makin menantang lagi. Tapi semua itu terbayar saat aku, lutfi dan grace bertemu dengan monyet-monyet yang menghampiri kami. Segerombolan monyet itu benar-benar masih liar dan masih kurang terdidik, tidak seperti di kebun binatang yang kita biasa temui, yang masih jinak, maka dari itu saya sangat berhati-hati saat monyet-monyet itu menhampiri kami. Awalnya si mereka seperti menghalangi perjalanan kami, tapi setelah mereka tahu kami membawa makanan, dan saya member roti yang saya bawa, mereka menjadi sangat bersahabat, bahkan kami seperti dikawal oleh segerombol monyet itu sampai pada ujung jalan setapak yang kami lewati. Saya merasa sangat beruntung karena bisa berkumpul bebas bersama satwa di kawasan ini.
Setelah puas berfoto-foto di ujung jalan, saya bersama lutfi dan grace ingin kembali tiba-tiba lutfi menemukan ular yang lumayan besar, yaitu salah satu satwa yang tinggal di kawasan ini. Wow, bukannya takut tapi kami malah senang karena hanya kami bertiga yang bisa menemukan ular itu.
Saat kami hendak kembali dan menghampiri teman-teman yang lain, tak lama kami melihat teman-teman TEXAS, meraka berjalan bersama dengan pemandu. Lalu kami buru-buru menghampiri mereka karena banyak sekali pertanyaan yang saya ingin tanyakan kepada Pak Jati selaku pemandu kami.
Kami pun berjalan bersama sekaligus saya ajukan beberapa pertanyaan seperti apa saja si species yang ada disini? trus apa si hambatan-hambatan dalam pengelolaan kawasan ini?  mengapa fasilitas jalan mulai rusak? Apa tidak ada perbaikan dari pemerintah? Sebetulnya berapa lama jangka waktu perbaikan fasilitas di kawasan tersebut? Dan yang terakhir kenapa disini banyak sampah, padahal sepanjang jalan setapak banyak sekali kotak sampah yang sudah disiapkan?
Beliau pun menjawab pertanyaan saya satu per satu dengan perlahan dan sambil menjelaskan kepada yang lain.
Banyak sekali jenis fauna yang tinggal di kawasan ini seperti jenis fauna (mamalia) meliputi monyet ekor panjang (Macaca Fascilularis), berang-berang (Aonix Cinerea) dan tikus. Sedangkan jenis reptilian yaitu biawak, ular sanca, ular welang, ular cobra, ular kadut, ular cincin, ular daun. Monyet ekor panjang cukup banyak, meskipun bukan monyet asli mangrove sini, monyet-monyet berasal dari peliharaan penduduk sekitar yang lepas lalu beranak pinak di kawasan ini. Hati-hati bila membawa makanan yang tidak dibungkus rapat, karena monyet-monyet ini tidak segan mencopet makanan dari tas. Mereka hidup berkelompok hngga belasan ekor yang terdiri dari beberapa jantan dan betina. Saya juga beberapa kali menemukan monyet yang masih bayi. Monyet-monyet memakan dedaunan muda dan buah-buahan hutan bakau seperti buah pidada yang sangat banyak tumbuh di kawasan ini.
Satwa yang menjadi dominan di kawasan ini adalah burung. Keanekaragaman burung cukup besar, terdapat 81 jenis (17 jenis dilindungi, 10 jenis migran, 50 jenis burung menetap, 4 jenis burung introduksi). Jenis burung yang sering ditemui diantaranya Caladi Ulam (Picoides macei), burung madu (Nectarinia jugularis),  cerukcuk (Pycnonotos goiavier), Kuntul (Egretta spp) dan lain-lain.
Tumbuhan yang ada disini, pohon Pidada (Sonneratia caseolaris), pohon Beringin (Ficus Microcarpa), nipah (Nypa fructicans), Pohon Api-api (Avicennia Marina), bakau-bakau (Rhizophora mucronata). Pohon Ketapang (Terminalia Cattapa), Pohon Cemara (Casuarina equisetifolia), waru (Hibiscus tiliaceus) dan Buta-buta (Excoecaria Agallocha).
Hambatan-hambatan dalam pengelolaan yaitu sampah yang sulit di bersihkan karena setiap banjir pasto sampah dari hulu sungai larinya ke kawasan ini, benar juga si karena saya pun menemukan ada kasur bisa sampai kesini, mungkin benar tadi itu ya karena banjir, dan juga pengunjung yang terkadang susah untuk diberitahu bahwa ini kawasan yang tidak sembarang orang bisa masuk tanpa ijin, dan terbatasnya sumber daya manusia untuk mengelola kawasan ini.
Seharusnya kawasan ini mendapatkan perbaikan setahun sekali, tetapi karena satu dan lain hal program itu belum terlaksanakan sepenuhnya. Sehingga mengakibatkan jembatan 800m ini banyak yang sudah mulai rusak. Dan sebentar lagi akan dilaksanakan perbaikan. Itulah jawaban yang saya peroleh dari pemandu kami.
Suaka Margasatwa Muara Angke sebagai kawasan perlindungan keanekaragaman hayati dan ekosistemnya, mempunyai manfaat:
1.      Habitat berbagai satwa
2.      Pelestarian alam
3.      Konservasi lingkungan
4.      Menciptakan iklim mikro yang nyaman
5.      Pendidikan, penelitian dan pengembangan
6.      Rekreasi dan wisata.


himbauan untuk membuang sampah pada tempat yang suudah disediakan


baground pohon beringin yang ada di kawasan


papan informasi satwa


jembatan sepanjang 800 m 


papan informasi satwa


papan informasi pencemaran sungai


papan informasi tanaman


papan informasi satwa














pegangan jembatan yang mulai rapuh


jembatan yang mulai miring






bermain bersama satwa liar




ujung jembatan






ular yang kami temui


foto bersama penjaga






Sekian informasi yang bisa saya sampaikan, semoga kita semua bisa tetap menjaga lingkungan disekitar kita untuk mencapai kehidupan dunia yang lebih baik lagi. ^^

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS